Friday, October 14, 2011

Sinusitis Gara-Gara Gigi Berlubang

PUSING, ingusan tanpa serta batuk bertahun-tahun tentu ngganggu. Mungkin saja, pemicunya sinusitis alias peradangan rongga sinus. Siapa sangka bila penyebabnya gigi berlubang yang dibiarkan lantas merambah pada infeksi sinus. Bagaimana mekanismenya?
Menurut drg Roberto Simandjuntak MS SpBM, staf pengajar FKG Unair, infeksi dari gigi berlubang yang tak dirawat bisa meluas hingga menyerang organ tubuh lain. Salah satunya, menyerang bagian sinus. Terutama, sinus maksilaris yang letaknya di rongga pipi. "Penyebab sinusitis dan gigi begini disebut faktor dentogen," katanya.
Jangan khawatir. Menurut Roberto, tak semua gigi berlubang mengakibatkan sinusitis maksilaris. Hanya gigi keempat dan seterusnya (ke arah geraham) bagian alas yang berpotensi menjadi pemicu. "Sebab, ujung akar giginya dekat sekali dengan saluran sinus. Kalau gigi terinfeksi, ada kemungkinan infeksi menyebar hingga sinus maksilaris," jelas spesialis bedah mulut yang berpraktik di Siloam Hospital Surabaya terscbut.
Mengenai gejalanya, lanjut Roberto, tak ada perbedaan dengan sinusitis maksilaris umumnya. Yakni, flu tak kunjung setnbuh, hidung terasa buntu di bagian yang sakit. Tak jarang, kondisi tersebut disertai sakit kepala berkepanjangan. "Pasien mungkin cerita sering pilek hidung sisi kanan buntu, dan gigi di sisi kanan atas infeksi: ungkapnya. Dalam kondisi begitu, dokter gigi bisa langsung curiga pasien mengalami sinusitis maksilaris. Pasien disarankan segera berkonsultasi ke dokter THT-KL.
Meski begitu, dia mengatakan, ada juga pasien yang tak mau berkonsultasi dengan dokter THT-KL. Sebab, setelah giginya yang infeksi dicabut, keluhan sinusitis berangsur-angsur sirna. "Karena sumber infeksinya sudah diobati. Nanah yang membuntu sinus bisa hilang dengan mekanisme tubuh," jelasnya.
Namun, Roberto mengingatkan, gigi yang rusak tak harus dicabut. Indikasi gigi dicabut bila akar gigi mengecil dan rusak disertai infeksi meluas. "Kalau akar gigi tidak rusak berat, dokter gigi hanya melakukan perawatan," lanjutnya.
Mana yang harus diterapi lebih dulu, gigi yang rusak atau sinusitisnya? Menurut Roberto, bergantung pada keluhan pasien. Jika keluhan pasien lebih banyak ke sinusitisnya, bagian itulah yang diobati lebih dulu. Perawatan gigi bisa belakangan. "Atau, bisa juga diterapi bersamaan. Ketika dokter THT-KL, mengoperasi sinusitisnya, pasien bisa ke dokter gigi agar gigi yang rusak ditangani:," jelasnya.
Kalau begitu, bisakah sinusitis maksilaris terjadi lebih dulu lantas menyebar ke infeksi gusi dan gigi? Menurut dr Dendy Hamdali SpTHT¬KL, tidak bisa. "Infeksi gigi bisa meluas hingga menyerang sinus maksilaris. Tetapi, itu tidak berlaku sebaliknya," jelas spesialis telinga hidung tenggorok-kepala leher dari Siloam Hospital Surabaya itu.
Alasannya, lanjut dia, sinus sebetulnya merupakan daerah yang steril. Jadi, kemungkinan terinfeksi sesuatu dari luar sangat kecil. Andai sinus terinfeksi pun, infeksi itu tak akan menjalar ke gigi.
Untuk menegakkan diagnosis sinusitis maksilaris, kata Dendy, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan foto rontgen.
Dalam kondisi sangat parah, operasi merupakan terapi paling efektif. "Terapi pemanasan (short wave diathermy, SWD) hanya untuk pasien yang menolak operasi. Atau, sinusitis tak begitu parah," ajar Dendy. Metode operasi untuk sinusitis adalah FESS (junctional endoscopic sinus surgery).
Bagaimana dengan terapi altematif gurah hidung? Dendy menyangsikan efektivitasnya. "Logikanya, lebar lubang sinus yang terhubung ke hidung itu hanya seujung pulpen. Dengan ukuran tersebut kan tak mungkin bisa menyedot nanah yang menumpuk di dalam rongga sinus," tegasnya.

No comments:

Post a Comment